Sebuah cerita random, datang dari sebuah kesakitan dan
kegelisahan melihat alam yang semakin tidak menentu.
Yah, kadang butuh mood khusus untuk membuat tulisan mengalir. Emosi yang meluap-luap. Kalau ia tidak segera dituliskan makan akan menjadi kelupa-lupa.
Sudah lama tidak menulis serius. Kadang ada mood tapi ga bawa leptop, nulis di hape kecil walaupun smart tapi membuat mood menulis hilang.
Yah, kadang butuh mood khusus untuk membuat tulisan mengalir. Emosi yang meluap-luap. Kalau ia tidak segera dituliskan makan akan menjadi kelupa-lupa.
Sudah lama tidak menulis serius. Kadang ada mood tapi ga bawa leptop, nulis di hape kecil walaupun smart tapi membuat mood menulis hilang.
Hahh! Akhirnya punya sedikit waktu untuk bercerita tentang
beberapa bulan belakangan. Beberapa kali bolah balik Yogyakarta sampai ujung
pulau Jawa, setiap daerah menyimpan berbagai macam cerita. Tentang teman,
tentang kamu, tentang binatang,tentang manusia yang seperti binatang. Tentang
sebuah kekayaan alam Indonesia yang tak pernah habis dikeruk korporat dan
oknum-oknum penjahat alam.
Ini baru tanah Jawa.
PAITON
Pertama kalinya saya menganga melihat sebuah PLTU
(Pembangkit Listrik Tenaga Uap) di daerah Situbondo-Bondowoso, Paiton. Malam
ternyata menyembunyikan tumpukan batu-batu bara berkilo-kilo meter panjangnya.
Ketika siang kau akan melihat berratus-ratus kapal pembawa batu bara dari Kalimantan
ke Paiton untuk menghidupi listrik di Pulau Jawa, Bali dan Madura. Begitu
banyak dan begitu besar. Bisa dibilang itu adalah pemindahan bukit-bukit hijau
di Kalimantan menjadi tumpukan bukit hitam pekat. Hijau yang dirampas dari
Kalimantan itu semata-mata dibawa ke tanah Jawa untuk menghidupi listrik.
Padahal di Kalimantan, masih banyak kampong-kampung belum berlistrik.
MERU BETIRI
Taman nasional yang di dalamnya ada perkebunan pribadi.
Masih banyak hewan disana, seperti merak, monyet abu-abu, monyet hitam, biawak
besar, jaguar hitam, rusa, babi hutan, beberapa jenis serangga aneh. Masih juga
bisa ditemukan bunga Rafflesia jenis kecil disana. Masalahnya bukan pada
hewannya, tapi pada masyarakat yag hidup disana. Bisa dikatakan Primitif atau
Purba. Sebenarnya cara itu sangatlah ekologis karena rumah masih beratapkan
jerami, beralaskan tanah, bertembok anyaman bamboo atau triplek. Tapi
disamping-sampingnya persis bersebelahan dengan kandang sapi yang sangat kurus,
anjing-anjing yang mengenaskan. Bahkan pemilik-pemilik sapi dan rumahnya juga
kurus dan sudah sepuh. Lain kai akan kuceritakan detilnya… sekarag belum banyak
yang bisa ku oleh dari pengalaman yg lalu.
PULAU MERAH
Tambang intan dan Emas dari perusahaan Amerika, Australia,
dan Jepang mengeruk habis kekayaan yang terdapat di perut pulau itu. Merkurinya
mencemari biota laut yang hidup di dekat taman Nasional Meru Betiri. Mulai
banyak penyu yang terkena penyakit. Telur abnormal semakin banyak, anak-anak
penyu (tukik) mulai mengalami ke-albino-an. Ranger di konservasi penyu yang
tidak berkompeten. Ah, aku sungguh membenci mereka yang tidak memperlakukan
sesamanya, hewan, dan tumbuhan. Tapi biar Alam yang membalasnya….
Segitu dulu ah, sudah harus segera meluncur ke Jogja.
Segitu dulu ah, sudah harus segera meluncur ke Jogja.
Kertosono, 12 Agutus 2013