Biarkan tapak-tapak kecil menari diujung-ujung bumi. Merasakan
setiap tekstur permukaan yang tidak sama.
Ketika jejaknya disapu angin, tiap liuk-liuk langkah barunya tak kan
hilang arah.
Alam adalah rumah terindah yang memberi pemaknaan sempurna
pada hidup. Maka dengan menjaga keharmonisan, itu cukup. Untuk apa melangkah
terlalu jauh kalau pada akhirnya akan kembali lagi pada cara yang lampau?
Bukankah cara-cara hidup hanya berputar saja... progress
suatu saat akan jadi regress, dan regress bisa saja menjadi progress. Ya,
sejarah memang tidak pernah berulang. Tapi esensi kejadian masih mungkin
terjadi lagi jika manusia tidak pernah mempelajari sejarah-sejarahnya. Siapa
yang tahu manusia salah atau benar jika benar atau salah berubah setiap waktu,
berubah di setiap ruang...
***
Agama
Mencapai kebahagiaan bukan dengan menjalankan setiap
perintah agama. Agama telah menjadi tuhan dan dewa-dewa baru dalam sejarah
manusia. Menjalankan agama
dengan ‘saklek’ tanpa melihat konteks zaman dan budaya menjadi tindakkan bodoh.
Apalagi sampai bertengkar atau menjelek-jelekkan agama lain. Heh, apa kamu
yakin Allah yang Maha Besar bisa disembah dengan satu cara? Apakah Allah
yang Maha segalanya itu punya agama? Lantas tanyakan saja segera, “Tuhan, apa
agama-Mu?”