Kuatlah kuat. Kali ini aku harus berkata, "air mata hanya untuk yang lemah dan kalah dengan keadaan". Pelan-pelan pasti berlalu. Pelan-pelan... dan semua pasti akan berlalu.
Hidup yang
tak pernah luput dari masalah ini semakin hari terasa semakin keruh. Keruh
sepekat kali ciliwung yang airnya hitam dan menyengat indera penciuman.
Sebenarnya bisa saja kulakukan segala cara dan menghalalkannya, tapi kutepis
cepat-cepat. Sisi gelap dan terangku bergelut sejenak dalam ruang-ruang penat
di kepalaku. Yah, tak bisa dipungkiri bahwa manusia pasti punya pemikiran jahat
sekecil apapun, tinggal hati nurani dan logika yang bisa menangkisnya.
Terang
mencoba berdamai dengan gelap, ku kerahkan setiap sudut logika diotak, setiap
kekuatan yang menjadi bulir keringat dan letihku usai bekerja, setiap ruang
perasaan di hatiku melihat perjuangan para tukang becak, ibu-ibu yang berjualan
dipasar, orang yang sakit... mereka yang berjuang demi hidup mereka walau dalam
kesusahan yang melampaui apa yang kuhadapi saat ini.
Kemudian
aku membantah perkataanku sendiri. Aku menangis... ya, aku memang lemah dan
kali ini benar-benar merasa payah karena tak bisa melakukan apa-apa untuk
membantu orang-orang yang paling berpengaruh dalam hidupku, orang-orang yang
kucintai sejak kecil. Semua terasa begitu terbalik. Aku dibawah. Aku merasa
kalah dengan keadaan. Rasanya ingin memaki semua yang terdengar, yang terlihat.
Karena semua yang dibilang dan dikatakan para motivator-motivator soal hidup
yang begitu mudah dan seluruh semesta akan membantu kita mencapai apa yang kita
ingini... semua omong kosong. Karena tanpa kesempatan, tanpa kemampuan, tanpa
usaha, semua tidak akan tercapai. 70% kesempatan... kalau tak ada kesempatan,
sama saja nol besar. NOL BESAR.
Hidup yang
tak pernah adil ini, hanya memberi seupil persen kesempatan bagi orang-orang
yang hidupnya pas-pasan. Pilihannya hanya dua: 1) pintar dan manutan, 2) miskin
dan manutan. Berjuang sepenuh hati, berjuang sekuat tenaga, berjuang semampu
pemikiran, berjuang sebatas kemampuan sampai titik darah penghabisan. Hanya
berjuang yang bisa dilakukan, dan itulah yang membuat kobaran semangat
perlawanan terhadap apa yang menindas, dan melawan apa yang salah yang membuat
sistem penindasan.
Biarlah...
Semakin banyak masalah yang mampu diselesaikan, makin kuat menghadapi hidup
yang tak pernah pasti ini. Seperti kata seorang teman, “barang siapa yang mampu
menyelesaikan perkara kecil, akan diberikan perkara yang lebih besar lagi.”
Anggaplah sekarang aku diberikan kepercayaan untuk menghadapi masalah yang
lebih berat supaya belajar banyak selama hidup. Tak hanya larut dalam harta dan
pesta pora. Susahnya hidup sekarang nampak seperti permainan-permainan saja
bagiku. Karena suatu saat kita semua tahu bahwa akhirnya adalah ketiadaan.
Ketiadaan dibumi, entah setelah itu akan ada surga atau neraka, yang jelas
akhirnya ketiadaan. Maka, pelan-pelan saja... pelan-pelan semua masalah pasti
akan berlalu.
Yogyakarta, 24 Juli 2012, 19.37 WIB
Sudah, ngak usah bersedih. Itu memang nasip seorang pejalan kaki atau orang-orang seperti kamu. Keadaan ketika kita diluar pasti membuat kita marah dan sedih.
BalasHapusAnjuranku hanya. Teruslah berjalan, hingga kaki-kakimu tak mampu lagi menopang badanmu,_
Anjuc. Segitunya untuk komentar harus nunggu konfirmasi dulu. Ahh, kyk situs Pentagon aja.
BalasHapusAku ga tau ngubah settingannya Rif... :(
BalasHapusbesok ajarin aku ubah settingannya dong, gaptek nih...