Pengalaman lagi-lagi mengajarkanku untuk belajar ikhlas.
Ikhlas melihat seorang yang kita sayangi bahagia dengan pilihannya. Keikhlaskan
itu agak sedikit menyakitkan untuk membiarkannya, tapi lebih banyak lagi
kebahagiaannya.
Setiap cerita pasti ada luka, dan luka itu harus dibagi agar
orang lain terutama mereka yang kita sayangi tidak merasakan luka yang sama
seperti yang kita rasakan. Bukan menjadi self-centris, tapi ini adalah bagian
dari menyayangi.
Seperti itulah orang tua, mereka cerewet dan suka memberikan
nasehat kepada anaknya. Mereka tidak mau membiarkan anaknya kesakitan atau
terluka seperti apa yang pernah mereka alami. Tapi ketika anaknya sudah
memilih, mereka bisa apa lagi… toh hidup
ini bukan milik siapa-siapa. Membiarkan si anak untuk menjalani pilihan
hidupnya dengan bertanggung jawab.
Ketika seseorang benar-benar peduli padamu, dia akan
memberikanmu banyak cerita agar kamu belajar dari pengalaman mereka. Itulah
puncak kepedulian yang bisa mereka berikan: membantumu dengan nyata dan
bercerita. Tak perlu malu dan/atau gengsi menunjukkan kepedulianmu. Biarkan
rasa pedulimu mengalir seperti air yang ikhlas akan menjadi kotor atau bersih di muara, ia tahu bahwa selalu ada yang bisa dipelajari.
Apapun hasilnya, ikhlaslah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar