“Papa, aku kangen”. Kalimat itu tak pernah terucap satu
kalipun dari mulutku. Begitu ia keluar, aku selalu tau akan beriringan dengan
air mata karena keluar dari hati yang paling dalam.
Satu dua tahun bukana waktu yang singkat. Hingga tiba
saatnya nanti tanggal 25 Desember, dua tahun sudah tidak bisa berkumpul dengan
utuh…
Sekali kuberanikan diri menulis di wall facbook yang jarang
dibukanya. “Pa, natalan jadi pulang ga?”
Karena sinyal untuk berkiriman pesan atau menelpon sangat susah, dan kadang kujumpai ia online. Butuh waktu lebih dari 2 jam untuk mencapai perkotaan. Pulau disebrang sana menjadi saksi kerinduannya untuk keluarga. Ketika Papa menyapaku di fb aku menjadi kegirangan yang sering berubah menjadi air mata butiran rindu, hampir 2 tahun… Sekedar, “Lg ngapain mbak? Jam segini lagi dimana?”.
Karena sinyal untuk berkiriman pesan atau menelpon sangat susah, dan kadang kujumpai ia online. Butuh waktu lebih dari 2 jam untuk mencapai perkotaan. Pulau disebrang sana menjadi saksi kerinduannya untuk keluarga. Ketika Papa menyapaku di fb aku menjadi kegirangan yang sering berubah menjadi air mata butiran rindu, hampir 2 tahun… Sekedar, “Lg ngapain mbak? Jam segini lagi dimana?”.
Aku tidak berani bilang bahwa sebenarnya aku sangat rindu
rumah, rindu mama, rindu papa, rindu berkumpul dengan kedua adikku. Karena
mereka pasti juga punya kerinduan yang menggumpal-gumpal hampir tak tertampung
lagi. Bahkan kerap ketika sakit aku tidak berani cerita… sakit bukan untuk
dibagi. “Kamu jaga kesehatan, kalau sakit kan yng repot bukan cuma kamu. Mama,
Papa jauh mbak” Itu yang terakhir dari Papa, larut malam, 3 minggu lalu, dan
memecah tangis sejadi-jadinya.
Entah apa rasanya menjadi Mama. Ah, lupa, sebentar lagi hari ibu. Entah hari apapun itu, Mama selalu ada dalam doa-doa yang tak perlu
ditunjukkan. Mama selalu menjadi idolaku tersayang, karena ia mengajarkan
ketegaran hati, kesabaran, kerendahhan hati, dan kemandirian. Ia tidak pernah
lupa mengingatkan bahwa manusia itu sangat kecil dan suatu saatnya jika kita
harus kembali ke tanah kita harus ikhlas dan waktu yang telah diberikan harus
dijaga serta digunakan sebaik-baiknya.
Aku bahkan tidak kuat menahan rasa rindu saat ditelpon Mama.
“Ma, aku kangen. Kangen sama Papa juga.” Tangis kami pecah. “Ya di telpon dong
papanya. Mama juga pengennya semua pulang kita kumpul dirumah. Tapi kan memang
ga bisa, jangan dipaksain, dijalanin aja. Mama juga bingung, Adek juga nanya
kemarin…katanya: mbak sama mas ga jadi pulang? Papa ga pulang juga ya, Ma?
Terus kita natalan gimana dong?” Kembali tangis terpecah. Segera kusudahi,
tidak kuat lagi.
Semoga berkat tidak turun ketika orang sedang berkumpul
saja. Semoga mereka yang tinggal berjauhan dari orang-orang yang dicintai akan
mendapatkan kebahagiaan juga. Natal kali ini tidak terasa. Ada rindu. Sendu.
*Makin sendu lagi dengan iringan musik Dear God oleh Avenged Sevenfold.
I won’t be home for christmas, please don’t count on me…