Minggu, 05 Februari 2012

Ketegaran hati

Lalu salah ketika aku menangis?
Sendiri di sudut ruang
Atau tengkurap diatas kasurku yang tak lagi empuk
Bersama malam yang gerimis akhir-akhir ini

Banyak kuping yg bisa dan mungkin mau mendengar
Banyak juga mulut yang mau menasehati

Maaf kali ini aku mau menyimpan sendiri
Ku simpan resah dan takut dalam dompetku
Pergi bersama sepi dan sunyi
Karena kadang mereka sahabat terbaik
Ketika yang kubutuhkan hanya ketegaran hati

Siapa yang tahu benar akan hidupku
Aku sendiri kadang ragu
Ketidak pastian hanya berobat satu
Hanya ketegaran hati

Aku hanya sedang butuh sendiri
Supaya bisa jadi bantal tempat ibuku menangis
Menjadi kopi yang bisa menenangkan ayah
Menjadi sendal gunung adik laki-lakiku
membantunya agar tidak mengikuti emosi
Menjadi buku Diary adik perempuanku
tempat ia mencurahkan isi hati

Sekarang aku hanya butuh ketegaran hati
Supaya aku tidak terus menangis
Bersama sepi dan sunyi
Ketegran hati, kuatkan aku

Bukan Biru

Malam malam hanyut diterpa banjir rindu
Datang dari hati terus mengucur tak berhenti
Tapi semua tetap sepi terbuai mimpi sendiri
Aku tengelam di sudut kamar, tak ada yang tau

Bukan air, ini malam yang bertabur semburat senja
Sendiri, kemerahan meresap di diding kamar
Tetap tersudut, biru berganti, senja merah meraja
Merah merah meresapi dinding kamar

Merah menenggelamkanku dari biru
Walau masih ada ungu, tapi bukan biru
Malam malam hanyut diterpa banjir rindu
Rindu yang merah, bukan biru

Kamis, 02 Februari 2012

merelakan jejak

Hai, halo blog-ku.. :)

Sudah lama sekali aku tidak mengunjungimu. Aku merindukan kamu.
Apa kabar?... Iya aku tahu, kau nampak kurang sehat.

Aku rawat kamu ya, walau pun tak bisa terlalu sering mengunjungimu tapi aku bisa memberimu sedikit warna.

Membaca tulisanku setahun yang lalu, semua tampak begitu lucu. Aku baru tahu realita, karena selama ini yang kutahu hanya data-data. Tanpa terjun langsung untuk sekedar melihat, apa lagi merasakan.

Nanti akan kuceritakan kisah-kisah menarik yang kualami belakangan ya. Salam sayang dariku.

Eh, satu lagi... Aku sedang belajar untuk merelakan jejakku yang terhapus. "Biar hujan menghapus jejakku"... Karena berbahaya untuk keamanan kita sendiri, dan lebih bahaya lagi kalau dengan jejak-jejak yang tak seberapa kita jadi merasa heroik. Hehehe.

Jejak di pasir pasti akan terhapus angin, hujan, ombak atau jejak lainnya. Dan dengan merelakannya aku belajar menjadi lebih rendah hati :)