Kamis, 21 November 2013

Kesakralan Merajut

Sebuah kesakralan datang dari proses yang panjang. Dilakukan penuh dengan rasa, penuh dengan doa, dan penuh dengan komunikasi. Itulah merajut bagiku, minimal untukku.

Merajut adalah sebuah proses panjang yang ada letih, bosan, kesalahan, kerumitan, dan kesetiaan di dalamnya. Karana kau melakukan pola yang sama berulang-ulang, harus memperhatikan setiap tarikan benang, berkomunikasi dengan tangan secara eksklusif, dan harus membunuh rasa bosan. Tak lupa, mencari waktu luang dalam kesibukan sehari-hari untuk berkonsentrasi agar setiap lilitan benang itu rapi. Ini semacam proses melatih kesetiaan: 1) di waktu senang waktu awal-awal membuat rajutan, 2) di waktu bosan saat ditengah-tengah proses pengerjaan, dan 3) di waktu sulit ketika harus menutup atau menuntaskan rajutan itu sendiri.

Dari merajut itu, banyak pelajaran yang bisa kudapatkan. Aku belajar membunuh rasa bosan, melatih ketenangan dalam menghadapi masalah, belajar menghargai proses, dan belajar santai, tidak tergesa-gesa dan tidak men-judge dari hasil awal. Sedikitnya, belajar untuk lebih mencintai apa yang sudah kita kerjakan dan dapatkan, apapun hasilnya… itulah hasil keringat dan perjuanganmu. Lantas aku bisa lebih banyak bersyukur.

Merajut itu harus dilakukan sepenuh hati. Niat harus dilaksanakan, tidak sekedar omong saja. Kenapa sepenuh hati? Karena jika merajut tidak dilakukan dengan sepenuh hati biasanya ia akan terhenti ditengah jalan, tidak selesai dan kamu merasa bosan lalu mulai merajut hal yang lain. Tapi tidak pernah selesai. Merajutlah dengan sepenuh hati, dengan ketulusan, dengan kesetiaan, dengan kesabaran, dengan segenap perasaan dan perhatian.

Mencintai proses merajut sama seperti belajar mencintai diri, mencintai kekasih, dan belajar mensyukuri apa yang telah kita dapatkan. Prosesnya sangat membutuhkan waktu. Seperti mencintai, butuh proses yang panjang, bahkan setelah kau memilih, kau harus belajar mencintai terus-menerus sepanjang sisa usiamu. Lagi, butuh ketulusan, kesetiaan, kesabaran, dan  perhatian.

Maka, ketika aku merajut untukmu, disitulah kuluapkan segala perasaanku, doaku, dan niatku. Jangan tergesa-gesa, kita lakukan dengan tenang dan nikmati prosesnya. 

Sesak


Lalu harus ku-apa-kan rindu-rindu
yang bersarang di setiap sudut kamarku?
Setiap sudut ruang kerjaku?
Setiap sudut mataku?

Mengapa hujan sangat dekat dengan rindu?
Sementara kamu begitu jauh
Dan dingin kadang membunuhku
Perlahan dengan tetes-tetes air yang menyanyikan namamu

Ah, melankolia... Membuat sesak

Penghujung tahun selalu begitu
Menjinjing perasaan-perasaan yang membuncah
Tapi pasti ada yang tercecer di jalan-jalan
di tepian-tepian trotoar tempat kita menghabiskan waktu
di remang lampu-lampu jalanan saat malam
di sebuah tempat yang dingin kala aku menyandarkan kepalaku di bahumu
di perjalanan yang jauh yang memaksa kita berjalan tanpa ada lagi tenaga tersisa
di sana, dan di sini... 
Tepat di jantung ini


Sesak, ini sudah meluap-luap


Yogyakarta, 21 November yang hujan dan senja yang indah 2013