Selasa, 24 Juli 2012

Kuatlah, Kuat


Kuatlah kuat. Kali ini aku harus berkata, "air mata hanya untuk yang lemah dan kalah dengan keadaan". Pelan-pelan pasti berlalu. Pelan-pelan... dan semua pasti akan berlalu.




Hidup yang tak pernah luput dari masalah ini semakin hari terasa semakin keruh. Keruh sepekat kali ciliwung yang airnya hitam dan menyengat indera penciuman. Sebenarnya bisa saja kulakukan segala cara dan menghalalkannya, tapi kutepis cepat-cepat. Sisi gelap dan terangku bergelut sejenak dalam ruang-ruang penat di kepalaku. Yah, tak bisa dipungkiri bahwa manusia pasti punya pemikiran jahat sekecil apapun, tinggal hati nurani dan logika yang bisa menangkisnya.

Terang mencoba berdamai dengan gelap, ku kerahkan setiap sudut logika diotak, setiap kekuatan yang menjadi bulir keringat dan letihku usai bekerja, setiap ruang perasaan di hatiku melihat perjuangan para tukang becak, ibu-ibu yang berjualan dipasar, orang yang sakit... mereka yang berjuang demi hidup mereka walau dalam kesusahan yang melampaui apa yang kuhadapi saat ini.

Selasa, 17 Juli 2012

Pagi ini rindu

Pagi ini aku kembali tersadar bahwa kita bukan milik siapa-siapa. Bahkan aku tak berani lagi mengatakan bahwa diriku milikku sendiri. Semua terasa begitu semu, terikat. Hari ini aku memutuskan pulang... Namun, beberapa saat setelah membaca segelintir kata, rasanya ingin sekali memendam niatku. Badanku sudah remuk dimakan sakit dan lelah, tapi sekejap aku tak ingin pulang. Hanya tak ingin saja.

Lapar tidak, haus pun tidak, mungkin hanya terlalu lelah. Sampai aku jadi ragu dengan semua. Kelelahan tak akan membuatku sekacau ini, gumamku dalam hati.

Pagi ini sepi. Terasa sunyi hanya aku yang sedang berdialog dengan pikiranku sendiri.
Rasanya kelenjar airmata ini berlebihan, tak ada apa-apa tapi dia meluap.
"Terlalu cengeng kau menghadapi sakit!" bentak pikiranku sendiri.
Sakitnya hanya di perut, di lambung, di tenggorokkan, di pinggang, di tulang belakang, di betis, di paha, di kepala, dan di hati. Berhenti sejenak dan aku mencoba menahan. Berhasil.
"Hidup memang kejam dan tak akan bisa kau perkirakan, jangan manjakan dirimu!"
Kenapa pikiranku sekeras baja? karena pada nyatanya aku tak sekuat ilalang yang diinjak berkali-kali tetap hidup dan berdiri lagi di pagi hari.

Pagi ini, aku letih dan lelah sekali. Tak akan kumanjakan dengan memejamkan mata sekarang. Merasakan sakit yang menggerogoti adalah cara menikmati rasa yang biasa-biasa saja. Nyalakan rokok sebatang dulu untuk mengusir nyamuk.
Pagi ini aku memutuskan untuk pulang... melepas rindu sebelum kubawa lagi rindu beberapa hari kedepan.
Sekarang, bersabarlah sayang... karena bersamaku kau tak akan bisa jauh-jauh dari rindu, aku pun tahu bahwa rindu itu pilu.



Akan kubawa terus rindu dalam dompetku, memotretnya di kameraku lalu kusimpan dalam tas dan sakuku. Begitu banyak rindu, aku takut tubuhku tak kuat menopangnya sendiri. Hanya berharap kau mau menopang bersamaku... Pikirlah dahulu, tentang hidupmu...

Surabaya, 18 juli 2012
IAIN ramai deru sayap nyamuk.