Senin, 08 Oktober 2012

Manusia dewa dan tuhannya


Biarkan tapak-tapak kecil menari diujung-ujung bumi. Merasakan setiap tekstur permukaan yang tidak sama. Ketika jejaknya disapu angin, tiap liuk-liuk langkah barunya tak kan hilang arah.

Alam adalah rumah terindah yang memberi pemaknaan sempurna pada hidup. Maka dengan menjaga keharmonisan, itu cukup. Untuk apa melangkah terlalu jauh kalau pada akhirnya akan kembali lagi pada cara yang lampau?

Bukankah cara-cara hidup hanya berputar saja... progress suatu saat akan jadi regress, dan regress bisa saja menjadi progress. Ya, sejarah memang tidak pernah berulang. Tapi esensi kejadian masih mungkin terjadi lagi jika manusia tidak pernah mempelajari sejarah-sejarahnya. Siapa yang tahu manusia salah atau benar jika benar atau salah berubah setiap waktu, berubah di setiap ruang...

***
Agama
Mencapai kebahagiaan bukan dengan menjalankan setiap perintah agama. Agama telah menjadi tuhan dan dewa-dewa baru dalam sejarah manusia. Menjalankan agama dengan ‘saklek’ tanpa melihat konteks zaman dan budaya menjadi tindakkan bodoh. Apalagi sampai bertengkar atau menjelek-jelekkan agama lain. Heh, apa kamu yakin Allah yang Maha Besar bisa disembah dengan satu cara? Apakah Allah yang Maha segalanya itu punya agama? Lantas tanyakan saja segera, “Tuhan, apa agama-Mu?”

Sebelum menjadi agama, semua belajar dari cara hidup-cara hidup yang dianggap mampu menjaga keharmonisan alam. Agama lahir di tempat-tempat yang berbeda sehingga ia juga memiliki cara-cara berbeda untuk mengucap syukur dan berdoa. Beda zaman beda cara, kalau budaya dan manusia dinamis, mengapa agama tidak dinamis dalam penerapannya? Agama dibentuk sudah melalui proses politik yang panjang dimana secara implisit mengandung kepentingan-kepentingan tertentu. Jika kamu sangat mempercayai agamamu, pelajari lagi mengapa agamamu lahir dan bagaimana keadaan sebelum resminya agama. Pahami lagi fungsi agama.

Contohnya Islam, sebelum menjadi agama, sikap hidup masyarakat yang mempercayai cara hidup muslim memberikan ruang yang lebih adil terhadap perempuan. Perempuan memiliki hak dan kewajiban yang memberikan ruang ‘gerak’, tidak semata-mata harus patuh terhadap laki-laki. Pertimbangan perempuan juga memiliki peran penting dalam pengambilan keputusan.

Contoh lainnya, agama Hindu. Sebelum menjadi agama, kelas-kelas di masyarakat india tidaklah berdasar ekonomi dan kekuasaan. Kelas-kelas sebelum agama Hindu di masyarakat India diciptakan karena masyarakat percaya bahwa untuk membentuk keharmonisan dalam hidup, setiap orang harus menjalankan apa yang menjadi kewajibannya berdasarkan kemampuan yang dimiliki. Tidak masalah ia pria atau wanita, semua bisa menjadi pemimpin, bisa menjadi ahli ekonomi, atau menjadi pekerja. Ibaratnya, keharmonisan tidak dapat tercipta jika semua orang menjadi kepala. Manusia tidak bisa hidup jika dengan kepala, ia membutuhkan badan, tangan, dan kaki. Semenjak kedatangan Suku Arya memalui celah kaiber, bangsa kulit putih yang tinggal nomaden dan merasa diri paling hebat diantara ras lainnya, membentuk sistem patriarki dan kelas-kelas sosial berdasar ekonomi dan kekuasaan.

Agama-agama kini menjadi tuhan-tuhan dan manusia merasa menjadi dewa-dewa baru yang menghakimi bahkan menentukan akhir kehidupan orang lain atas nama tuhan-tuhan mereka. Lucu. Lucu beda tipis dengan bodoh.
***

Idealisme

Ide-ide yang dipercaya benar menurut setiap insan adalah relatif dan tidak sama. Manusia-manusia sebaiknya memang memiliki idealisme, nilai yang dianggap benar. Namun perlu disadari bahwa kebenaran bersifat relatif. Karena nilai-nilai kebenaran sangat tergantung dari buku yang dibaca, pelajaran yang di dapatkan, teman sepergaulan, orang tua, keluarga.

Idealisme yang dijadikan prinsip hidup menjadi aneh ketika tidak luwes. idealisme menjadi prinsip yg luwes maksudnya jangan menelan mentah-mentah wacana dan ajaran yang kita dapatkan tanpa melalui klarifikasi dan pemaknaan terhadap diri sendiri dan disesuaikan dengan konteks zamannya. 

Pastinya kita tahu bahwa hidup tidak pernah pasti, budaya selalu bergerak (dinamis), dan pola pikir manusia selalu berubah. Maka itu, diperlukannya Realistis. Realistis akan membantuk gagasan-gagasan menjadi relevan dengan konteks sehingga ide-ide tidak menjadi sebatas pikiran dan omongan saja.

Ketika idealisme membuat manusia-manusia menjadi sangat idealis, bersiap-siap saja untuk menelan ludah sendiri. Jika ingin menjadi manusia-manusia kamar tanpa memahami realita-realita di kehidupan diluar buku-buku, silahkan saja menjadi siswa/mahasiswa kupu-kupu (kuliah-pulang, kuliah-pulang). Tak tahu berorganisasi untuk mengasah logika (mengolah ide dan realita menjadi sebuah solusi dan inovasi), tak tahu hidup orang lain (tak bersosialisasi dengan segala kalangan), terbelenggu.

Merasa diri paling benar dan mengucilkan atau menganggap orang lain ‘ga asyik’ karena idealisme yang berbeda adalah kebiasaan kebanyakkan orang. Seharusnya sadar bahwa pemahaman orang berbeda-beda, sebelum membenci pemahaman orang lain, sebaiknya lihat juga latar belakang orang tersebut dan mengapa ia memperjuangkan nilai yang dianggapnya benar. Yang mengaku terpelajar, sepertinya paham soal berdialektika. Mengapa tak diterapkan dalam hidup? Mematikan karakter dan membunuh dengan rajaman pertanyaan-pertanyaan yang menjatuhkan sama saja bukan membangun pribadi manusia-manusia. Bukankah setiap manusia berhak menjalani apa yang ia yakini benar sejauh itu tidak merugikan orang lain?
***

Uang dan Kekuasaan

Untuk yang paling dituhankan, Uang dan Kekuasaan. Mencari uang untuk mendapatkan kedudukan sehingga memiliki kekuasaan yang lebih dari yang lain. Uang juga bisa berkuasa atas kasus-kasus tertentu. Bahkan uang dan kekuasaan mampu mengubah pribadi dan sikap seseorang.

Orang-orang kebanyakkan memilih mencari uang untuk mendapatkan kebahagiaan-kebahagiaan. Mengapa mereka bekerja bukan untuk mencari bahagia malah mencari uang? Ini masalah mind set. Kata orang-orang bijak dan orang-orang tua, “kerjakan apa yang kau sukai, yang kau cintai”. Saya berasumsi, bahwa kerja untuk menghidupi diri dari kebutuhan yang paling dasar seperti makan serta memenuhi kebutuhan akan sandang dan papan, wisata, rohani, juga memenuhi hasrat gaya hidup. Tidakkah bahagia jika kebutuhan-kebutuhan tersebut dipenuhi?

Manusia sangat mungkin menghambakan dirinya pada uang dan kuasa tanpa peduli dengan manusia-manusia lain keculai lingkaran terkecil di hidupnya: keluarga dekat dan teman dekat. Sisanya adalah keinginan bersenang-senang, keinginan menguasai, keinginan ingin memiliki lebih, keinginan-keinginan ego pribadi lain yang mereka percaya bisa dibeli dengan uang dan uang didapat berbarengan dengan kekuasaan.

Semoga manusia-manusia yang menghamba pada Uang dan Kuasa itu cepat mati saja. :)


1 komentar:

  1. contoh tentang Islam yg anda paparkan hanya dari sisi luar..dan itu pun sisi buruknya mnurut anda...anda pasti orang yg berakal....tapi pernah anda berfikir kenapa wanita tercipta tidak serupa dengan pria? tidak adilkah Sang Maha Adil pencipta jagat raya ini?

    menurut akal saya sih soalnya memang dari fisik dan mental emang dibedakan supaya tetap beda dalam menjalankan kehidupan di dunia..."the equality between men and women" will never bring harmony and balance in life. why? tanyakan saja pada pria normal..ada gak pria yg suka wanita maskulin seutuhnya tanpa klembutan dan kasih seorang wanita sejati? wanita yg tanpa sedikitpun seperti wanita?

    read this before make any example of what you know not about. http://m.voa-islam.com//news/article/2012/02/21/17835/bukti-keistimewaan-wanita-dalam-islam/

    and this http://muslim.or.id/keluarga/peranan-wanita-dalam-islam.html

    thanks for your understanding

    http://chillinaris.blogspot.com/2012/06/19-keistimewaan-wanita-dalam-islam.html?m=1

    BalasHapus