Selasa, 24 Juli 2012

Kuatlah, Kuat


Kuatlah kuat. Kali ini aku harus berkata, "air mata hanya untuk yang lemah dan kalah dengan keadaan". Pelan-pelan pasti berlalu. Pelan-pelan... dan semua pasti akan berlalu.




Hidup yang tak pernah luput dari masalah ini semakin hari terasa semakin keruh. Keruh sepekat kali ciliwung yang airnya hitam dan menyengat indera penciuman. Sebenarnya bisa saja kulakukan segala cara dan menghalalkannya, tapi kutepis cepat-cepat. Sisi gelap dan terangku bergelut sejenak dalam ruang-ruang penat di kepalaku. Yah, tak bisa dipungkiri bahwa manusia pasti punya pemikiran jahat sekecil apapun, tinggal hati nurani dan logika yang bisa menangkisnya.

Terang mencoba berdamai dengan gelap, ku kerahkan setiap sudut logika diotak, setiap kekuatan yang menjadi bulir keringat dan letihku usai bekerja, setiap ruang perasaan di hatiku melihat perjuangan para tukang becak, ibu-ibu yang berjualan dipasar, orang yang sakit... mereka yang berjuang demi hidup mereka walau dalam kesusahan yang melampaui apa yang kuhadapi saat ini.


Kemudian aku membantah perkataanku sendiri. Aku menangis... ya, aku memang lemah dan kali ini benar-benar merasa payah karena tak bisa melakukan apa-apa untuk membantu orang-orang yang paling berpengaruh dalam hidupku, orang-orang yang kucintai sejak kecil. Semua terasa begitu terbalik. Aku dibawah. Aku merasa kalah dengan keadaan. Rasanya ingin memaki semua yang terdengar, yang terlihat. Karena semua yang dibilang dan dikatakan para motivator-motivator soal hidup yang begitu mudah dan seluruh semesta akan membantu kita mencapai apa yang kita ingini... semua omong kosong. Karena tanpa kesempatan, tanpa kemampuan, tanpa usaha, semua tidak akan tercapai. 70% kesempatan... kalau tak ada kesempatan, sama saja nol besar. NOL BESAR.

Hidup yang tak pernah adil ini, hanya memberi seupil persen kesempatan bagi orang-orang yang hidupnya pas-pasan. Pilihannya hanya dua: 1) pintar dan manutan, 2) miskin dan manutan. Berjuang sepenuh hati, berjuang sekuat tenaga, berjuang semampu pemikiran, berjuang sebatas kemampuan sampai titik darah penghabisan. Hanya berjuang yang bisa dilakukan, dan itulah yang membuat kobaran semangat perlawanan terhadap apa yang menindas, dan melawan apa yang salah yang membuat sistem penindasan.

Biarlah... Semakin banyak masalah yang mampu diselesaikan, makin kuat menghadapi hidup yang tak pernah pasti ini. Seperti kata seorang teman, “barang siapa yang mampu menyelesaikan perkara kecil, akan diberikan perkara yang lebih besar lagi.” Anggaplah sekarang aku diberikan kepercayaan untuk menghadapi masalah yang lebih berat supaya belajar banyak selama hidup. Tak hanya larut dalam harta dan pesta pora. Susahnya hidup sekarang nampak seperti permainan-permainan saja bagiku. Karena suatu saat kita semua tahu bahwa akhirnya adalah ketiadaan. Ketiadaan dibumi, entah setelah itu akan ada surga atau neraka, yang jelas akhirnya ketiadaan. Maka, pelan-pelan saja... pelan-pelan semua masalah pasti akan berlalu.

Tuhan, berikan aku ketegaran hati... kuatkan aku dalam menjalani hidup ini... Masih banyak orang lain yang lebih menderita, dan aku masih bersyukur atas apa yang telah Engkau beri...


Yogyakarta, 24 Juli 2012, 19.37 WIB

3 komentar:

  1. Sudah, ngak usah bersedih. Itu memang nasip seorang pejalan kaki atau orang-orang seperti kamu. Keadaan ketika kita diluar pasti membuat kita marah dan sedih.

    Anjuranku hanya. Teruslah berjalan, hingga kaki-kakimu tak mampu lagi menopang badanmu,_

    BalasHapus
  2. Anjuc. Segitunya untuk komentar harus nunggu konfirmasi dulu. Ahh, kyk situs Pentagon aja.

    BalasHapus
  3. Aku ga tau ngubah settingannya Rif... :(
    besok ajarin aku ubah settingannya dong, gaptek nih...

    BalasHapus