Minggu, 02 Februari 2014

Belajar Ikhlas




Pengalaman lagi-lagi mengajarkanku untuk belajar ikhlas. Ikhlas melihat seorang yang kita sayangi bahagia dengan pilihannya. Keikhlaskan itu agak sedikit menyakitkan untuk membiarkannya, tapi lebih banyak lagi kebahagiaannya.

Setiap cerita pasti ada luka, dan luka itu harus dibagi agar orang lain terutama mereka yang kita sayangi tidak merasakan luka yang sama seperti yang kita rasakan. Bukan menjadi self-centris, tapi ini adalah bagian dari menyayangi.

Seperti itulah orang tua, mereka cerewet dan suka memberikan nasehat kepada anaknya. Mereka tidak mau membiarkan anaknya kesakitan atau terluka seperti apa yang pernah mereka alami. Tapi ketika anaknya sudah memilih, mereka bisa apa lagi… toh hidup ini bukan milik siapa-siapa. Membiarkan si anak untuk menjalani pilihan hidupnya dengan bertanggung jawab.

Ketika seseorang benar-benar peduli padamu, dia akan memberikanmu banyak cerita agar kamu belajar dari pengalaman mereka. Itulah puncak kepedulian yang bisa mereka berikan: membantumu dengan nyata dan bercerita. Tak perlu malu dan/atau gengsi menunjukkan kepedulianmu. Biarkan rasa pedulimu mengalir seperti air yang ikhlas akan menjadi kotor atau bersih di muara, ia tahu bahwa selalu ada yang bisa dipelajari.
Apapun hasilnya, ikhlaslah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar